14.3.10

Life begins at 24 @_@



“Life begins at 40” tentu sudah tertanam di benak siapapun termasuk aku sendiri. Sebuah deretan kata yang seringkali menjadi senjata perlarian paling ampuh. Senjata pelarian ketika menengok ke dalam diri dan berkaca jauh ke dalam dengan segala kejujuran. Dimana kemudian mendapati diri masih terpaku pada titik yang sama. Tidak beranjak atau bahkan malah jauh mundur ke belakang. Dan kemudian, tersenyum bangga, membatin dalam diri, mencoba memberi sedikit oksigen bagi jiwa, dan berkata, ”Life begins at 40... Tenang, Den...just hang on...” Jika memang benar adanya dan boleh diyakini kebenarannya, tentu sungguh melegakan. Dan bisa berlindung daripadanya ketika seseorang bertanya, ”kok masih gini-gini aja, Den... ??” Serta menganggapnya sangatlah wajar karena masih ada waktu 10 tahun lagi untuk berjalan, berlari, berputar, dan menari.

Tapi sepertinya jaman sudah berubah. Dan sepertinya, deretan kata sakti itu tidak berlaku lagi sekarang. Sore itu, di sebuah toko buku, aku berjalan perlahan menyusur barisan rak demi rak, dengan mata selebar dan sejeli mungkin. Lama berjalan perlahan, kesana kemari, mencoba memastikan diri tak satu judul buku pun yang terlewat. Dari mulai buku-buku akademis, praktis, fiksi – nonfiksi, sampai komik (my most fave books). Hingga aku terpaku pada sebuah judul buku “LIFE BEGINS AT 24” karya seorang Rohaniwan. Aku pun berhenti, melihat buku itu dengan seksama, berusaha memastikan mataku tidak salah mengejanya. Pelan tapi pasti, kujulurkan tanganku, mengambil buku itu, tanpa membukanya sedikitpun. Bahkan untuk sekedar mencari tau review di bagian belakang bukunya pun tidak. Benar-benar hanya tertuju pada deretan kata bertuliskan “Life Begins at 24”. Menatap lekat seolah menembus jauh ke dalam huruf demi huruf itu. Sekian lama terdiam, dan terpaku, seolah tersedot dalam daya magisnya, aku pun tersenyum, kemudian tertawa kecil. Tersenyum dan tertawa untuk diriku sendiri. Tersenyum dan tertawa, mentertawakan diriku sendiri. Dan kembali membatin, “Tuhan, maaf dan terima kasih. Aku salah dan bodoh. Salah dengan segala keyakinan atas pelarianku. Bodoh atas segala kebanggaan meyakini sesuatu yang salah, dan berlindung penuh damai di dalamnya. Terima kasih telah memberiku peringatan kecil, melalui satu pertemuan tak terduga dengan sebuah kalimat penuh warna-warni itu, satu kalimat yang mungkin sudah ada sejak lama, dan baru kusadari keberadaannya. Dan Terima Kasih telah memberiku peringatan kecil, bahwa PERADABAN SUDAH BERUBAH.”

Kemudian aku pulang, dan tidur. Mengingat hampir sebulan melewati malam-malam panjang tanpa tidur. Malam-malam penuh pergulatan batin dengan Lek John & Fiske. Bercumbu rayu dengan Solomon & Hawkins. Berpelukan mesra dengan Kotler & Engel. Dan Orgy bareng Fisher, Guba, Neumen, Norman, Mariampolsky, Skinner...

Dan pagi ini aku bangun dan berkata dengan penuh senyuman, “kumulai hidupku, hari ini juga...” meski terlambat sekian tahun, namun lebih baik terlambat memulai daripada tidak memulai sama sekali. Dan sesuatu yang negatif, yang mungkin sedang terjadi saat ini, masih lebih baik daripada tak satu pun yang positif. Kemudian aku pun kembali berjalan, memasuki gerbang kehidupan... memeluk mimpi dan meniti pelangi... menghampiri jutaan bintang yang kian menari.... karena tidak ada yang dapat menolong diriku, selain diriku sendiri...
Tuhan... terima kasih.


***teruntuk semua yang sedang dan masih berjalan menuju gerbang kehidupan dengan segala mimpi tak terperi***


2 comments:

Tikus Biru said...

Baca deh bukunya itu... Life begins at 24... bagus =)

denis said...

waaaaaa... masa sie ?? waktu itu ga kepikiran buat beli, karena lagi butuh nyari buku-buku laen...

thx anyway ud nyempetin mampir :)