3.3.09

... lentera akhir malam ...






Sepi …. hening

dalam gelap dan udara malam yang dingin

berhembus angin yang berbisik suara-suara daun basah,

di bawah taburan bintang-bintang di langit yang angkuh dan beku.

Malam ini aku kembali beranjak meniti jalanan

di tepian kota, bersama deretan

lentera-lentera yang bernyala redup.

Dalam udara yang dingin membeku,

setitik cahaya lentera yang kecil melawan gelap malam yang besar,

menyingkapkan sudut-sudut malam, kemudian membayang seperti

sebuah lukisan romantik kehidupan manusia yang sepi dan terasing

dalam bentang malam yang gelap, menawarkan kehangatan yang mengusap lembut,

merambati relung yang sempat dingin dan beku.

Kujelang lentera di akhir malam berderet

sepanjang tepi jalanan kota ini,

tanpa sanggup menatap lekat melawan pijarnya,

tanpa sanggup menghembus kata yang bisa meniup pijarnya,

tanpa sanggup berpaling meninggalkan nyala kecilnya,

dan ingin terus bersinar bersama,

menghabiskan sisa malam yang dingin.


Lentera akhir malam …. tetaplah dalam kelipmu yang kecil

Walau dalam gelap dan cahaya yang redup,

walaupun dalam keremangan senja dan kegamangan malam

atau dalam pagi yang masih sepi.

Lentera akhir malam ...

kutatap lagi kelip kecilmu tersenyum dan berkata padaku;

“wahai gadis kecil, tetaplah berjalan mencintai takdirmu,

teruslah mencintai hidup walau mungkin engkau akan terasing dan dikatakan jalang”.

karena nyala kecilku ini, kan selalu menyinarimu ...




*** teruntuk lentera kecil yang membiarkanku bersandar dalam pijarnya di malam itu ***

... satu persembahan untuk sahabat ...





Aku menuliskan karya Kahlil Gibran ini sebagai ungkapan terdalam atas segala rasa yang kumaknai dari para sahabat yang pernah dan masih dekat serta tersimpan lekat dibalik jeruji jiwa.

"Dan seorang remaja berkata, Bicaralah pada kami tentang Persahabatan.

Dan dia? menjawab:
Sahabat adalah keperluan jiwa, yang mesti dipenuhi.
Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau tuai dengan penuh rasa terima kasih.
Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu.
Kerana kau menghampirinya saat hati lupa dan mencarinya saat jiwa mahu kedamaian.

Bila dia berbicara, mengungkapkan fikirannya, kau tiada takut membisikkan kata “Tidak” di kalbumu sendiri, pun tiada kau menyembunyikan kata “Ya”.
Dan bilamana dia diam,hatimu berhenti dari mendengar hatinya; kerana tanpa ungkapan kata, dalam? persahabatan, segala fikiran, hasrat, dan keinginan dilahirkan bersama dan dikongsi, dengan kegembiraan tiada terkirakan.
Di kala berpisah dengan sahabat, tiadalah kau berdukacita;
Kerana yang paling kau kasihi dalam dirinya, mungkin kau nampak lebih jelas dalam ketiadaannya, bagai sebuah gunung bagi seorang pendaki, nampak lebih agung daripada tanah ngarai dataran.

Dan tiada maksud lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya roh kejiwaan.
Kerana cinta yang mencari sesuatu di luar jangkauan misterinya, bukanlah cinta , tetapi sebuah jala yang ditebarkan: hanya menangkap yang tiada diharapkan.

Dan persembahkanlah yang terindah bagi sahabatmu.
Jika dia harus tahu musim surutmu, biarlah dia mengenali pula musim pasangmu.
Gerangan apa sahabat itu jika? kau sentiasa mencarinya, untuk sekadar bersama dalam membunuh waktu?
Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu!
Kerana dialah yang bisa mengisi kekuranganmu, bukan mengisi kekosonganmu.
Dan dalam manisnya persahabatan, biarkanlah ada tawa ria dan berkongsi kegembiraan..
Kerana dalam titisan kecil embun pagi, hati manusia menemui fajar dan ghairah segar kehidupan.



*** Teruntuk sahabat. Terima kasih atas semua yang indah yang pernah kita untai bersama ***

2.3.09

Cinta : sebuah karya dari Khalil Gibran




kenapa kita menutup mata ketika kita tidur?
ketika kita menangis?
ketika kita membayangkan?
itu karena hal terindah di dunia tidak terlihat

ketika kita menemukan seseorang yang
keunikannya sejalan dengan kita, kita bergabung
dengannya dan jatuh ke dalam suatu keanehan
serupa yang dinamakan cinta.

Ada hal2 yang tidak ingin kita lepaskan,
seseorang yang tidak ingin kita tinggalkan,
tapi melepaskan bukan akhir dari dunia,
melainkan suatu awal kehidupan baru,
kebahagiaan ada untuk mereka yang tersakiti,
mereka yang telah dan tengah mencari dan
mereka yang telah mencoba.
karena merekalah yang bisa menghargai betapa
pentingnya orang yang telah menyentuh kehidupan
mereka.

Cinta yang sebenarnya adalah ketika kamu
menitikan air mata dan masih peduli terhadapnya,
adalah ketika dia tidak memperdulikanmu dan
kamu masih menunggunya dengan setia.

Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain dan
kamu masih bisa tersenyum dan berkata
” aku turut berbahagia untukmu ”

Apabila cinta tidak bertemu bebaskan dirimu,
biarkan hatimu kembali ke alam bebas lagi.
kau mungkin menyadari, bahwa kamu menemukan
cinta dan kehilangannya, tapi ketika cinta itu mati
kamu tidak perlu mati bersama cinta itu.

Orang yang bahagia bukanlah mereka yang selalu
mendapatkan keinginannya, melainkan mereka
yang tetap bangkit ketika mereka jatuh, entah
bagaimana dalam perjalanan kehidupan.
kamu belajar lebih banyak tentang dirimu sendiri
dan menyadari bahwa penyesalan tidak
seharusnya ada, cintamu akan tetap di hatinya
sebagai penghargaan abadi atas pilihan2 hidup
yang telah kau buat.

Teman sejati, mengerti ketika kamu berkata ” aku
lupa ….”
menunggu selamanya ketika kamu berkata ”
tunggu sebentar ”
tetap tinggal ketika kamu berkata ” tinggalkan aku
sendiri ”
membuka pintu meski kamu belum mengetuk dan
belum berkata ” bolehkah saya masuk ? ”
mencintai juga bukanlah bagaimana kamu
melupakan dia bila ia berbuat kesalahan,
melainkan bagaimana kamu memaafkan.

Bukanlah bagaimana kamu mendengarkan,
melainkan bagaimana kamu mengerti.
bukanlah apa yang kamu lihat, melainkan apa
yang kamu rasa,
bukanlah bagaimana kamu melepaskan melainkan
bagaimana kamu bertahan.

Mungkin akan tiba saatnya di mana kamu harus
berhenti mencintai seseorang, bukan karena orang
itu berhenti mencintai kita melainkan karena kita
menyadari bahwa orang itu akan lebih berbahagia
apabila kita melepaskannya.

kadangkala, orang yang paling mencintaimu adalah
orang yang tak pernah menyatakan cinta
kepadamu, karena takut kau berpaling dan
memberi jarak, dan bila suatu saat pergi, kau akan
menyadari bahwa dia adalah cinta yang tak kau
sadari

1.3.09

... episode berjudul insomnia club ...







Insomnia Club !
Satu episode menarik yang pernah kuperankan. Entah pemeran utama entah figuran, tapi yang jelas, ini merupakan satu episode yang membawaku pada kebenaran yang indah
. Satu episode yang samar dan membayang di bagian awal ceritanya, namun kemudian cukup membuahkan klimaks yang nyata lebih dari sekedar memuaskan dan mengarah pada apa yang dimaknai dengan multiple orgasm!

Pada awal cerita dikisahkan aku menjabat erat ajakan seorang sahabat, yang tulus ingin menghibur segala kepedihan. Ajakan yang kemudian membawaku pada sebuah pertemuan baru, pertemanan baru, meski dari lingkungan yang tak berbeda dari sebelumnya. Ajakan yang membuatku mengenal satu tempat nongkrong baru bernama River View, dengan fasilitas 24 jam, hotspot, plus penginepan, dan masih ditambah dengan pemandangan taburan bintang kalau enggak hujan atau mendung. Perfect ! Duduk bereng, diantara meja-meja yang yang hampir semuanya kenal, ngobrol ngalor ngidul, ketawa ketiwi, makan, minum bir, dan satu lagi MAEN POKER !!! Just like i said, PERFECT !

Sejenak aku begitu lebur menghayati peranku. Sesaat aku begitu totalitas menjiwai peranku. Tertawa, terbahak, dan tersenyum simpul. Mendengar dan menimpali semua cerita. Juga Terejek dan mengejek. Hingga detik berhembus menyapu menit dan menggulung jam dalam pusaran tanpa dasar. Semua begitu ringan, tanpa beban. Seluruh tulang terasa lebur dan luluh. Menyisakan aliran darah yang begitu cepat dan kentara, menelusup diantara rongga jantung yang memompanya kuat, menghasilkan satu energi dasyat yang mebawaku melayang menembus langit malam.

Dan aku pun terpaku. Sekian detik aku terpaku. Kutarik kursiku ke belakang. Membenahi posisi duduk dan merubahnya dengan posisi nyaman. Bersandar dengan tenang, menarik nafas panjang, dan kuhembuskan perlahan. Kulakukan adegan yang sama hingga beberapa kali take! Dan sekuat tenaga mencoba menarik kesadaran yang sempat terbang.

Beberapa detik kemudian, aku memutar perlahan, menyapu seluruh balkon, menyapu seluruh meja yang hampir semuanya memainkan adegan sama, lengkap dengan bermacam minuman, makanan, dan botol-botol. Aku menatap beraneka rupa yang semuanya berhiaskan tarikan senyum dan goresan tawa. Tanpa beban, tanpa duka, tanpa lara. Persis dengan apa yang kumainkan.

600 detik kemudian, aku berhasil menarik seluruh kesadaran diri lengkap dengan hati dan pikiran yang telah terberi sejak aku diadakan di dunia dan selalu kubawa dalam setiap langkah. Dan setelah terjaga, terbersit dalam rongga pikiran, bahwa inilah yang dinamakan KESENANGAN ! Kesenangan nyata tapi sekaligus semu yang tergantung bagaimana diri masing-masing dari sudut mana ingin memerankannya. Dan bahwa kesenangan yang kuperankan dalam episode inilah yang membawaku pada KEBENARAN SEDERHANA. Kebenaran sederhana untuk diriku sendiri, bukan untuk orang lain.

600 detik kemudian, aku menarik garis merah kesimpulan. Bahwa tak ada yang kan mampu menolak kesenangan. Bahwa akan mudah bagi tiap orang untuk menerima dan beradaptasi dengan sebuah kesenangan. Bahwa akan gampang bagi tiap orang untuk menjabat erat kesenangan meski dengan dalih apapun. Bahwa sungguh wajar ketika semua orang pun ingin memerankan kesenagan dan terlibat di dalamnya. Bahwa sungguh wajar ketika seseorang memilih untuk terus bergelut dengan kesenangan tanpa terbebani dengan urusan pelik kehidupan. Dan bahwa kesenangan akan dengan mudah menjelma menjadi candu yang menagihkan dan sulit tertolakkan.

Puluhan ribu detik yang kumainkan dalam episode ini telah membuktikan semuanya dan membuatku tau pasti, apa alasan seseorang mau terus terlibat dengan sebuah "kesenangan" atau "bersenang-senang" tanpa embel-embel hakikat hidup dan tujuan hidup.

Sebuah kebenaran sederhana, yang membuatku sadar, bahwa tiap individu memiliki rotasi fase masing-masing, yang berbeda satu dengan lainnya. Ada yang berputar cepat dan terus berlari, namun ada yang berputar lambat dan terus merangkak atau bahkan berhenti tak bergerak.

Sebuah Kebenaran sederhana yang menjadi satu keyakinan dan anti klimaks penuh makna, bahwa semua akan dan pernah mengalami fase yang sama dalam wujud yang berbeda. Tinggal bagaimana kita mengambil peran, mengolah, dan memainkannya. Karena hidup cuma sekali, dan waktu takkan bisa berjalan mundur.

Tapi yang jelas, apapun itu, entah baik atau jelek, aku sangat menikmati peranku dan bersyukur karena pernah menghabiskan puluhan ribu detik di dalamnya, bersama teman dan sahabat. Insomnia Club ! Ribuan detik yang indah tuk dikenang .... dan beraharap suatu saat nanti ... bisa kembali bersama ... diatas tanah yang sama ... dan menghirup udara yang sama ...





*** teruntuk anton (JP), adit (JP), wendra (kompas), herpin (kompas), hari (kompas), mona ... i'm gonna misyu all guys ... !
















the simple truth ... no more ... no less ...

Hari ini aku kembali menulis, setelah sekian lama, entah kapan, mungkin setelah sakit ibu makin parah, hingga akhirnya berpulang, tanpa sempat melihat "ulos hitam" permintaan terakhirnya, yang kubawa dan kugenggam erat sepanjang perjalanan menuju pulang.

Hari ini kuputuskan untuk kembali menoreh barisan kata, merangkai menjadi sebuah kalimat panjang, hingga membentuk sebuah alinea dramatis, yang bahkan mungkin aku sendiri tak yakin dan tak percaya bahwa inilah jalan hidup yang telah kulalui.

Hari ini aku menulis, setelah semalam aku menerima sebuah email, dari seseorang, bukan sahabat, bukan juga teman, tapi seseorang yang kukenal selama sebulan, saat aku ada dibawah pengawasannya.

Hari ini aku menulis, setelah aku membaca lekat dan dalam dari sebuah email, yang mungkin makin menggenapi rangkaian fakta, uraian kebenaran, dan gugusan kenyataan yang mengurai satu nilai pembelajaran yang berharga, dan sungguh semakin menenggelamkanku dalam sujud panjang.

Hari ini aku menulis, setelah aku menemukan jawaban atas segala pertanyaan, yang kudapat dari sebuah email bertuliskan "Mba Den, mohon maaf bahwa aku sedikit banyak terlibat dalam hal ini. Bukan karena kekuranganmu, tapi justru karena karaktermu terlalu kuat dan terbentuk begitu kuat dalam dirimu. Mba Den terlalu berkarakter, dan berjalan dengan penuh keyakinan untuk melakukan ini dan itu, dimana dimata perusahaan, hal itu justru membebani karena perusahaan tidak akan bisa merubah karaktermu. dimana itu berarti bahwa perusahaan dan Mba Den gakkan bisa berjalan beriringan."

wew !
Inilah kenapa aku kembali ingin menulis hari ini. Bukan untuk orang lain, tapi untuk diriku sendiri. Untuk selalu teringat akan adanya hari ini. Hari diantara rentetan hari-hari lain yang pernah terlewati dalam perjalananku. Hari yang membuatku berhibernasi. Hari yang membuatku menyelami episode-episode drama dengan beraneka warna untaian skenario dimana aku menjadi pemeran utamanya. Bahwa aku pernah berperan sebagai gadis kecil pemberani meski hidup berpindah-pindah dari satu saudara ke saudara yang lain. Bahwa aku pernah berperan sebagai gadis dari kelas bawah diantara gadis gemerlap. Bahwa aku pernah memerankan sebuah kegagalan di masa kuliah yang membuatku menjadi seorang single parent dari seorang malaikat kecil yang cantik. Bahwa aku kemudian berperan sebagai seorang single parent yang benar-benar sendiri tanpa keluarganya tau dan harus bergelut diantara kerja, menyelesaikan kuliah, dan menjadi ibu. Bahwa aku pernah berperan ganda sebagai seorang ratu kecil dalam sebuah gelombang jazz, sekaligus lampu pijar yang nyalanya kian redup oleh gelimang angin dan topan yang melingkupinya. Bahwa aku pernah memerankan pedansa resah yang terombang-ambing karena kehilangan bundanya tanpa sempat melihat saat terakhir. Dan Bahwa aku juga pernah menikmati peran sebagai seorang bintang kecil dimana kemudian akhirnya hilang ditelan malam. Dan bahwa aku pernah berperan sebagai perempuan di titik nol yang dipermainkan untuk kemudian dicampakkan karena status single parent dianggap tak layak.

Hari ini aku kembali menulis, bukan untuk orang lain, tapi untuk diriku sendiri. Untuk kujadikan pegangan yang kan selalu mengingatkan. Untuk kujadikan satu bab indah lengkap dengan semua sub bab yang menghiasinya dalam sebuah buku pelajaran bersampul putih bertinta emas. Bukan matematika. Bukan fisika. Bukan PPKN. Bukan pula Sastra. Tapi buku saku kecil berjudul "TItik BAlik 286".

Hari ini aku kembali menulis, setelah kubaca email dan teringat dialog terakhir malam itu, "kalo memang saya dianggap kurang mampu, saya memilih mundur dan tidak ingin memperpanjang lebih lama lagi. Dan kalo memang nantinya saya dianggap kurang mampu, tolong tunjukkan di bagian mana lengkap dengan detailnya." Satu dialog yang kemudian mengakhiri meeting malam itu. Satu dialog yang kemudian menandai berakhirnya masa kerjaku 3 hari kemudian dan membuatku memutuskan kembali ke asal dan menikmati masa-masa pencarian kerja. Satu dialog yang baru kudapatkan jawabannya dari sebuah email 3 minggu kemudian.

Hari ini aku kembali menulis, tentang sebuah fakta nyata yang berubah menjadi kebenaran sederhana yang tanpa dibuat-buat dan benar adanya. Tentang sebuah "Aku vs Karakter". Tentang sebuah karakter kuat yang justru ternyata disatu sisi adalah sebuah kelemahan dan bukanlah kelebihan. Tentang sebuah karakter kuat yang ternyata mampu menyeretku kedalam penyelaman jauh ke dasar untuk mengungkap semua rahasia.

Hari ini aku kembali menulis, untuk sedikit banyak membuka mataku sendiri, bahwa karakter kuat yang dimata banyak orang menempel erat dalam langkah dan tiap hembusan nafasku ternyata tidak selalu menjadi sumber kelebihan dan kekuatan, malah menjerumuskan. Bahwa memiliki karakter kuat yang selama ini dianggap satu kelebihan oleh banyak orang ternyata bukanlah benar-benar kelebihan.

Hari ini aku kembali menulis, tentang sebuah penemuan untuk diriku sendiri. Tentang sebuah titik balik. Tentang sebuah penarikan diri dari kehidupan. Bukan pengurungan diri. Tapi penarikan diri, sedikit mundur ke belakang, untuk melihat dan mengamati dari jauh. Penarikan diri yang berbuah ketenangan. Penarikan diri yang berbuah kerikhlasan. PEnarikan diri yang berbuah pemikiran matang atas kesimpulan-kesimpulan dari rahasia alam yang kian terbuka.

Dan akhirnya hari ini aku kembali menulis, bukan untuk orang lain, tapi untuk diriku sendiri. Untuk menyelami semua lakon yang pernah termainkan. Dan kemudian aku mendapati, bahwa aku bahagia pernah memerankan semua itu. Bahwa aku tidak menyesal pernah terlibat dan bermain di dalamnya sebagai pemeran utama. Bahwa aku bersyukur atas semua peran yang pernah kumainkan yang lebur dan menjelma menjadi sebuah karakter, meski kemudian membuatku terjatuh.

Dan akhirnya hari ini aku menulis, bukan untuk orang lain, tapi untuk diriku sendiri. Untuk mengungkap satu kebenaran sederhana, tidak lebih, tidak kurang, dan tidak dibuat buat. Untuk satu kemenangan bagi diri sendiri. Untuk satu rasa syukur bahwa aku terlahir sebagai aku dengan jutaan peran yang membuatku tetap mampu berjalan hingga sejauh ini. Dan untuk menyalurkan sedikit kekuatan pada sesama jenis dengan skenario dan peran yang sama. Dan untuk satu keyakinan, bahwa baik atau buruk yang terjadi, tidak ada hal yang sia-sia untuk dilakukan....