Sepi …. hening
dalam gelap dan udara malam yang dingin
berhembus angin yang berbisik suara-suara daun basah,
di bawah taburan bintang-bintang di langit yang angkuh dan beku.Malam ini aku kembali beranjak meniti jalanan
di tepian kota, bersama deretan
lentera-lentera yang bernyala redup.
Dalam udara yang dingin membeku,
setitik cahaya lentera yang kecil melawan gelap malam yang besar,
menyingkapkan sudut-sudut malam, kemudian membayang seperti
sebuah lukisan romantik kehidupan manusia yang sepi dan terasing
dalam bentang malam yang gelap, menawarkan kehangatan yang mengusap lembut,
merambati relung yang sempat dingin dan beku.
Kujelang lentera di akhir malam berderet
sepanjang tepi jalanan kota ini,
tanpa sanggup menatap lekat melawan pijarnya,
tanpa sanggup menghembus kata yang bisa meniup pijarnya,
tanpa sanggup berpaling meninggalkan nyala kecilnya,
dan ingin terus bersinar bersama,
menghabiskan sisa malam yang dingin.
Walau dalam gelap dan cahaya yang redup,
walaupun dalam keremangan senja dan kegamangan malamatau dalam pagi yang masih sepi.
Lentera akhir malam ...
kutatap lagi kelip kecilmu tersenyum dan berkata padaku;
“wahai gadis kecil, tetaplah berjalan mencintai takdirmu,
teruslah mencintai hidup walau mungkin engkau akan terasing dan dikatakan jalang”.
karena nyala kecilku ini, kan selalu menyinarimu ...