15.9.10

Metamorfosa [jilid 2]



Dan hari itu, sekali lagi dihadapkan pada sebuah pilihan. Selayaknya manusia hidup, yang terus berproses. Menemukan rahasia alam satu demi satu, dan kemudian membukanya perlahan bila saatnya nanti. Bisa jadi adalah sesuatu yang indah, atau sebaliknya. Namun bisa juga sesuatu yang ada diantaranya, tidak indah tidak juga buruk. Setengah isi, setengah kosong. Membingungkan. Dan tak jarang membawa pada suatu dilematika.


Namun sekali lagi, harus tertanam di rongga jiwa. Bahwa hidup tetaplah tentang sebuah pilihan, yang selalu menyertai dalam tiap metamorfosa. Dan tak ada konsep benar atau salah daripadanya. Tidak juga salah ketika mungkin memilih untuk menjadi kepompong. Namun, bukankah menjadi kupu-kupu jauh lebih indah ?

Maka kutunggu saat itu tiba. Saat dimana tiada pilihan lain, selain menjadi kupu-kupu yang indah, yang menghiasi harumnya bunga di taman. Mengepakkan sayap kian kemari dan terbang bebas seringan kapas, seraya mengiring indahnya mentari pagi..

Dan kemudian, hujan pun turun lagi, hari itu..

Pedansa Resah... [continues]

biduk kecil kembali tersenyum, mendapati nikmat aroma ranum, dari tubuh sang lembayung, yang menebar benih kedamaian dan menyejukkan jiwa yang meradang... hingga sejenak lupa, kesunyian senja yang sempat gaduh mengaduh...

bukan aku, bukan kamu, bukan dia..
tapi DiriNYA yang ingin menempa dan menjadikannya perkasa
hingga saatnya tiba, di ujung raga..

[bersambung...]

Pedansa Resah

dan kesunyian pun bergemuruh, bertalu menabuh, mengoyak jiwa yang rapuh..


bersambung..

Sepenggal sore


Berjalan diantara ribuan kaki, dalam hembus semilir angin, yang menghapus penat, sore itu..
Sejuta wajah, sejuta ekspresi, mengisyaratkan makna, yang hampir semua sama. Musisi jalanan, membesut dawai, mengumbar nada, menghangatkan suasana. Merangkai harmoni hati kian abadi. Gurat paruh baya mengukir senyum ranum, di satu sudut. Hentak kaki si Budi kecil tampak mengiring, di sudut lain. Bagai lukisan tinta pesan damai, bagi juta jiwa yang merindukannya.


Kembali kaki melangkah, sore itu..
Menyusuri sisa hari, menuju bangunan tua penuh arti, dimana didalamnya nampak keramaian hakiki. Sebuah papan hitam putih kecoklatan bernuansa klasik, dengan barisan prajurit keraton dan raja diatasnya, memaksa nurani beranjak mendekat. Tampak kecil nan mungil, dengan lekuk detil, menjadikannya nyata dan indah memanjakan mata, menggerakkan jemari menyentuh lembut. Tanpa sadar terucap kagum, dan sejenak kemudian menganga dengan senyum minta ampun, mendapati patok angka 6 digit yang menggantung dengan culun. Harga yang pantas untuk sebuah kreativitas tanpa batas, namun menjadikan pribumi tak mampu merengkuh dengan bebas. Bukan karena tak suka, atau tak menghiraukan. Tapi lebih kepada keangkuhan harga.

Kembali melangkah, sore itu..
Mendapati riuh rendah yang kian nyaring. Hingga tertumbuk pada untaian kata dalam bingkai penuh warna, menyembul penuh pesona dari rimbun jutaan kepala. Tampak seorang dewasa, duduk meleseh, seperti pasrah diantara timbunan karya. Dengan pandangan acuh, jemari tirus legam terus mengayuh tak berpeluh. Mengayunkan serabut merak seperti penari di kesunyian senja dalam denting melodi tanpa notasi dan sebutir embun menetes menghiasi. Sebuah nada menyapa di ujung hulir, samar menggelegar memecah nalar. Menghantar narasi pilu berukir sembilu dari seorang dewasa yang pasrah meleseh dan mengiris genderang menyayat kornea. Mencoba mengungkap realita menjadi fakta kian nyata, menjadikan lembayung sutra sore itu kian papa. Secarik kertas biru berpacu satu persatu, menuju jiwa yang ingin tau, ‘tuk menghapus ragu. Dan Kisahpun terus melaju, kian syahdu, seolah diburu sang waktu, hingga membuih kian palsu. Menjadi dongeng dungu di sejuknya senja biru.

Kakipun kembali melangkah, sore itu..
Memutar arah, meninggalkan desah kisah, yang terus merekah merengkuh asa. Mengacuhkan tatap ragu kian padu, demi hasrat menggebu yang terus menderu. Sebuah hasrat dan mimpi manusiawi, tentang duniawi...

Dan kakipun kembali melangkah, sore itu..
Membelah kerumunan alap-alap dalam desir angin nan lembut membelai syaraf..
Mendapati lembut rembulan, telah berdiri menanti penuh senyuman dikejauhan sambil merentangkan kedua tangan. Dan kemudian berlari kecil, melompat, menari dan berputar, menyambut indahnya rengkuhan dan menikmati hangatnya pelukan.. Sang Rembulan..


***Jogja, Juni 2010***

19.3.10

Mimpiku hitam-putih, sederhana namun bersahaja…



Tentang sebuah mimpi, yang bukan sekedar bunga tidur. Tentang sebuah dunia penuh warna, yang bukan sekedar hitam-putih. Tentu semua menginginkannya. Bahkan psikopat paling akut pun, tentu tidak bermimpi dan bercita-cita menjadi psikopat sedari kecil dan hanyut larut dalam gelapnya lorong-lorong panjang tanpa cahaya di waktu besar. Pun sama halnya denganku. Terlahir diantara kerasnya batu jalanan, tumbuh diantara sejuta pijakan rapuh, dan besar diantara keduanya, seperti layaknya sebuah metamorfosa beraroma karbit. Dan karenanya, melambungkan angan menembus awan, dengan berjuta imaji penuh warna pelangi. Meski kadang menjadi pucat pasi, dan tenggelam dalam putaran kabut ilusi. Namun tetap saja. Segala mimpi itu ada. Dan tetap di sana. Tetap sama dalam pancaran sinar penuh warna. Diam tak bergeming. Berdiri tegar bagai karang, siap menantang sejuta gelombang. Seolah mengamini sebuah sajak Andrea Hirata, ”Peluklah mimpimu, maka Tuhan akan Memeluk Mimpimu... ”

Dan begitulah setiap harinya. Bahkan mungkin sama dengan kalian. Memenuhi rongga jiwa dengan asa, yang kian hari kian marak penuh warna warni. Dan selalu terbangun dengan segala keinginan dan hasrat yang jauh meninggalkan bumi. Kemudian mengawali hari dengan gejolak rancangan yang membuncah. Sebuah logika manusiawi, yang kian bertumbuh dan berproses, seiring termakannya usia untuk memenuhi panggilan hakiki duniawi. Hingga kemudian, terpuruk pada suatu kenyataan hitam-putih. Kenyataan positif-negatif. Kenyataan tawa-tangis. Kenyataan bahagia-duka nestapa. Kenyataan yang berada dalam naungan rahasia Illahi.

Dan begitulah manusia. Dan begitulah aku. Selalu mencoba memenuhi bumi yang sesak penuh warna, dengan warna warni yang kupunya. Yang justru malah membuatnya menjadi sebuah abstraksi tanpa keindahan yang harmoni. Seperti sebuah rhapsody tanpa notasi. Hingga membuatku tersadar. Bahwa bukan ini yang diinginkan dari sebuah mimpi. Dan bahwa bukan ini jalan menuju mimpi. berawal dari niatan penuh warna warni, namun kemudian terjatuh pada pilihan hitam-putih. Dan Berawal dari sebuah keruwetan dan kerumitan muluk, namun kemudian jatuh pada apa yang disebut ”biasa saja” bahkan mungkin nyaris ”tanpa nilai”.

Maka sejak hari itu. Hari dimana aku mendapati sebuah kesadaran. Hari dimana aku berjalan, menemukan, dan membuka rahasia alam satu demi satu. Aku merubah mimpiku. Mencoba menjungkirbalikkan semua yang telah tertanam dan terpola dengan kuatnya. Dan menjadikannya sederhana. Sesederhana batin dan jiwaku. Sesederhana hidup yang kumiliki. Dan menjadikannya hitam-putih, untuk meraih indahnya warna-warni bumi. Bangun dengan segala kesederhanaan pikiran. Melangkah dengan segala kesederhanaan tindakan dan perbuatan. Menanamkan keyakinan baru, bahwa makin sederhana hidup dan perbuatan, makin mudah meraih yang kita inginkan dan kita impikan. Dan inilah mimpiku. Mimpi HITAM-PUTIH. Sederhana namun bersahaja. Untuk meraih PELANGI indah penuh warna. Hingga tercipta rhapsody penuh harmony......


***teruntuk semua yang punya mimpi, yang tumbuh dan berkembang bersamanya dan bukan didalamnya***

14.3.10

Life begins at 24 @_@



“Life begins at 40” tentu sudah tertanam di benak siapapun termasuk aku sendiri. Sebuah deretan kata yang seringkali menjadi senjata perlarian paling ampuh. Senjata pelarian ketika menengok ke dalam diri dan berkaca jauh ke dalam dengan segala kejujuran. Dimana kemudian mendapati diri masih terpaku pada titik yang sama. Tidak beranjak atau bahkan malah jauh mundur ke belakang. Dan kemudian, tersenyum bangga, membatin dalam diri, mencoba memberi sedikit oksigen bagi jiwa, dan berkata, ”Life begins at 40... Tenang, Den...just hang on...” Jika memang benar adanya dan boleh diyakini kebenarannya, tentu sungguh melegakan. Dan bisa berlindung daripadanya ketika seseorang bertanya, ”kok masih gini-gini aja, Den... ??” Serta menganggapnya sangatlah wajar karena masih ada waktu 10 tahun lagi untuk berjalan, berlari, berputar, dan menari.

Tapi sepertinya jaman sudah berubah. Dan sepertinya, deretan kata sakti itu tidak berlaku lagi sekarang. Sore itu, di sebuah toko buku, aku berjalan perlahan menyusur barisan rak demi rak, dengan mata selebar dan sejeli mungkin. Lama berjalan perlahan, kesana kemari, mencoba memastikan diri tak satu judul buku pun yang terlewat. Dari mulai buku-buku akademis, praktis, fiksi – nonfiksi, sampai komik (my most fave books). Hingga aku terpaku pada sebuah judul buku “LIFE BEGINS AT 24” karya seorang Rohaniwan. Aku pun berhenti, melihat buku itu dengan seksama, berusaha memastikan mataku tidak salah mengejanya. Pelan tapi pasti, kujulurkan tanganku, mengambil buku itu, tanpa membukanya sedikitpun. Bahkan untuk sekedar mencari tau review di bagian belakang bukunya pun tidak. Benar-benar hanya tertuju pada deretan kata bertuliskan “Life Begins at 24”. Menatap lekat seolah menembus jauh ke dalam huruf demi huruf itu. Sekian lama terdiam, dan terpaku, seolah tersedot dalam daya magisnya, aku pun tersenyum, kemudian tertawa kecil. Tersenyum dan tertawa untuk diriku sendiri. Tersenyum dan tertawa, mentertawakan diriku sendiri. Dan kembali membatin, “Tuhan, maaf dan terima kasih. Aku salah dan bodoh. Salah dengan segala keyakinan atas pelarianku. Bodoh atas segala kebanggaan meyakini sesuatu yang salah, dan berlindung penuh damai di dalamnya. Terima kasih telah memberiku peringatan kecil, melalui satu pertemuan tak terduga dengan sebuah kalimat penuh warna-warni itu, satu kalimat yang mungkin sudah ada sejak lama, dan baru kusadari keberadaannya. Dan Terima Kasih telah memberiku peringatan kecil, bahwa PERADABAN SUDAH BERUBAH.”

Kemudian aku pulang, dan tidur. Mengingat hampir sebulan melewati malam-malam panjang tanpa tidur. Malam-malam penuh pergulatan batin dengan Lek John & Fiske. Bercumbu rayu dengan Solomon & Hawkins. Berpelukan mesra dengan Kotler & Engel. Dan Orgy bareng Fisher, Guba, Neumen, Norman, Mariampolsky, Skinner...

Dan pagi ini aku bangun dan berkata dengan penuh senyuman, “kumulai hidupku, hari ini juga...” meski terlambat sekian tahun, namun lebih baik terlambat memulai daripada tidak memulai sama sekali. Dan sesuatu yang negatif, yang mungkin sedang terjadi saat ini, masih lebih baik daripada tak satu pun yang positif. Kemudian aku pun kembali berjalan, memasuki gerbang kehidupan... memeluk mimpi dan meniti pelangi... menghampiri jutaan bintang yang kian menari.... karena tidak ada yang dapat menolong diriku, selain diriku sendiri...
Tuhan... terima kasih.


***teruntuk semua yang sedang dan masih berjalan menuju gerbang kehidupan dengan segala mimpi tak terperi***


21.2.10

Persepsi dan Kognisi : Kenapa Ayam Menyeberang Jalan?





Persepsi dan kognisi bisa memunculkan banyak arti dan pemahaman. Menurut Pakar bermain persepsi bisa berbahaya. Faktanya memang begitu, seringkali kita bertengkar karena perbedaan persepsi dan kognisi. Cerita “Kenapa Ayam Menyeberang Jalan” merupakan salah satu contoh bagaimana persepsi dan kognisi orang bisa menghasilkan kesimpulan yang berbeda untuk satu hal yang sama yaitu suatu pertanyaan dengan awalan “Kenapa..”.

Kisah ini semula beredar di kalangan mistikus, gnostikus, pemikir serius, filsuf, ilmuwan, sastrawan, wartawan, jutawan, dermawan, dan para pencari kebenaran lainnya. Di zaman Internet cerita ini beredar dari milis ke milis, dan bisa membuat orang tertawa tanpa mengetahui apa sebabnya. kalau tertarik untuk menambah daftar persepsi dan kognisi menurut versi Anda sendiri silahkan isi di bagian komentar tulisan ini.

Jawaban dari :

* Guru TK : supaya sampai ke ujung jalan

*PLATO : untuk mencari kebaikan yang lebih baik

*POLISI : beri saya lima menit dengan ayam itu, saya
akan tahu kenapa

*ARISTOTELES : karena merupakan sifat alami dari ayam

*KAPTEN JAMES T.KIRK : karena dia ingin pergi ke
tempat yang belum pernah ia datangi

*MARTIN LUTHER KING, JR : saya memimpikan suatu dunia
yang membebaskan semua ayam menyebrang jalan tanpa
mempertanyakan kenapa

*MACHIAVELLI : poin pentingnya adalah ayam menyebrang
jalan!siapa yang peduli kenapa!akhir dari penyebrangan
akan menentukan motivasi ayam itu

*FREUD : fakta bahwa kalian semua begitu peduli pada
alasan ayam itu menunjukkan ketidaknyaman seksual
kalian yang tersembunyi

*GEORGE W.BUSH : kami tidak peduli kenapa ayam itu
mnyeberang! kami cuma ingin tau apakah ayam itu ada di
pihak kami atau tidak, apa dia bersama kami atau
melawan kami.tidak ada pihak tengah di sini!

*DARWIN : ayam telah melalui periode waktu yang luar
biasa, telah melalui seleksi alam dengan cara tertentu
dan secara alami tereliminasi dengan menyeberang
jalan.

*ISAAC NEWTON : Semua ayam di bumi ini kan menyebrang
jalan secara tegak lurus dalam garis lurus yang tidak
terbatas dalam kecepatan yang seragam, terkecuali jika
ayam berhenti karena ada reaksi yang tidak seimbang
dari arah berlawanan.
*EINSTEIN : Apakah ayam itu menyebrang jalan atau jalan
yang bergerak dibawah ayam itu, itu semua tergantung
pada sudut pandang kita sendiri



*STEPHEN HAWKING : Ayam itu barangkali mengira di seberang jalan ada Black Hole yang bisa tembus ke dunia lain.

*NELSON MANDELA : Tidak akan pernah lagi ayam ditanyai
kenapa menyebrang jalan! dia adalah panutan yang akan
saya bela sampai mati

* THABO MBEKI : kita harus mencari tau apakah memang
benar ada kolerasi antara ayam dan jalan

*MUGABE : Setelah sekian lama jalan dikuasai petani
kulit putih, ayam miskin yang tertindas telah menanti
terlalu lama agar jalan itu diberikan kepadanya dan
sekarang dia menyebranginya dengan dorongan ayam2
veteran perang. Kami bertekad mengambil alih jalan
tersebut dan memberikannya pada ayam, sehingga dia
bisa menyebranginya tanpa ketakutan yang diberikan
oleh pemerintahan inggris yang berjanji akan
mereformasi jalan itu. Kami tidak akan berhenti sampai
ayam yang tidak punya jalan itu punya jalan untuk
diseberangi dan punya kemerdekaan untuk
menyeberanginya!

*SOEKARNO : Ia sedang mencari identitas kebangsaannya!

*SOEHARTO : Pasti ia anggota organisasi tanpa bentuk!

*HABIBIE : Mestinya ia menyeberang dengan perangkat high-tech
*SUTIYOSO : itu ayam pasti ingin naik busway

*PROGRAMMER J2EE : Tidak semua ayam dapat menyebrang
jalan, maka dari itu perlu adanya interface untuk ayam
yaitu nyebrangable, ayam2 yg ingin atau bisa
menyebrang d haruskan untuk mengimplementasikan
interface nyebrangable, jadi d sini sudah jelas
terlihat bahwa antara ayam dengan jalan sudah loosely
coupled.

*HARMOKO: Berdasarkan petunjuk Presiden

* BENNY MOERDANI: Selidiki! Apakah ada unsur
subversif?

* GUS DUR: Gitu Aja Kok Repot?

* MEGAWATI SOEKARNO PUTRI : Ayamnya. Pasti Wong Cilik.
Dia Jalan Kaki toh.

* ABURIZAL BAKRIE : Pasti Ayam Ngungsi Dari Lapindo

*ATMOON : Karena ayam juga punya nyawa, ia nyari selamat
dari uberan tukang sate ayam.

*MALING SIA:*dengan logat malay kampungan*”Saye tak peduli
kenape itu ayam menyeberang jalan.Asal terlihat cakap,akan saye tiru
sikit-sikitlah, lalu saye klaim sebagai budaye kami.Kalau perlu saye
daftarkan patennye atas nama budaye saye.”

*TECHNOAYAM :”sorry gw ayam digital,udah pake servo dan gyro di buntut
jadi bukan sembarang ayam”

*TIM PEMBURU HANTU : Pasti ayam itu ayam yang kabur karena takut dijadikan sajen pemanggilan Suster Ngesot.

*HIDUNG BELANG : “Ayam dari mana? Ayam Kampung apa ayam kampus?”

*DUKUN ILMU HITAM : “Ayam kampung berbulu hitam atau putih?”

*AYAM KAMPUS : “Aku menyeberang karena lari dari kejaran polisi susila tau!”

*MBOK BEREK : “Supaya rasanya lebih renyah”.

*SBY : “hmm ia kurang pengertian dengan kebijakan saya”

*JUSUF KALLA : ia takut diperdagangkan

*MENTERI KESEHATAN : Pasti mengidap flu burung



silahkan dilanjut menurut persepsi masing-masing di kolom komentar…


20.2.10

mencintai yang tidak sempurna dengan cara sempurna..



kita ada di dunia
bukan untuk
mencari seseorang yang sempurna untuk dicintai
tetapi untuk belajar
mencintai orang yang tidak sempurna
dengan cara yang sempurna

dadio banyu, ojo dadi watu.. (baca: jadilah air, jangan jadi batu)



Kata-kata singkat yang penuh makna. Kelihatannya jika ditelaah memang manungso kang nduweni manunggaling roso itu harus tahu bagaimana caranya untuk dadi banyu.

Mengapa kita manusia ini harus bisa menjadi banyu (air)? Karena air itu bersifat menyejukkan. Ia menjadi kebutuhan orang banyak. Makhluk hidup yang diciptakan GUSTI ALLAH pasti membutuhkan air. Nah, air ini memiliki zat yang tidak keras. Artinya, dengan bentuknya yang cair, maka ia terasa lembut jika sampai di kulit kita.

Berbeda dengan watu (batu). Batu memiliki zat yang keras. Batu pun juga dibutuhkan manusia untuk membangun rumah maupun apapun. Pertanyaannya, lebih utama manakah menjadi air atau menjadi batu? Kuat manakah air atau batu?


Orang yang berpikir awam akan menyatakan bahwa batu lebih kuat. Tetapi bagi orang yang memahami keberadaan kedua zat tersebut, maka ia akan menyatakan lebih kuat air. Mengapa lebih kuat air daripada batu? Jawabannya sederhana saja, Kita tidak bisa menusuk air dengan belati. Tetapi Kita bisa memecah batu dengan palu.

Artinya, meski terlihat lemah, namun air memiliki kekuatan yang dahsyat. Tetes demi tetes air, akan mampu menghancurkan batu. Dari filosofi tersebut, kita bisa belajar bahwa hidup di dunia ini kita seharusnya lebih mengedepankan sifat lemah lembut bak air. Dunia ini penuh dengan permasalahan. Selesaikanlah segala permasalahan itu dengan meniru kelembutan dari air. Janganlah meniru kekerasan dari batu. Kalau meniru kerasnya batu dalam menyelesaikan setiap permasalahan di dunia ini, maka masalah tersebut tentu akan menimbulkan permasalahan baru.

andien bleeding on my shoulder..


jumat, seperti biasa, dapet jatah ngajar anak-anak kecil..
dengan penuh semangat 45, mencurahkan hati dan pikiran pada anak-anak itu..
just like every children..
selalu menyenangkan dan indah dilihat.
segala polah dan tingkah lakunya.
segala kepolosannya..
segala kenakalannya..
segala tawa dan tangisannya..
benar-benar luar biasa indah dan menakjubkan..

seperti hari jumat kemaren yang juga benar-benar menakjubkan.
Andien, one of my fave student.. rewel, nangis, dan minta gendong.
uda seminggu ini, Andien emang jadi sering rewel dan selalu minta gendong, gara-gara sakit.
padahal biasanya, ga pernah mau digendong, dan selalu berlarian kesana kemari tanpa henti. selalu ceria mengikuti pelajaran. Dan sangat-sangat pandai, meski belum bisa ngomong. logikanya luar biasa. begitu juga dengan hafalannya. and that's why she has my most attention, meski ortunya menyebalkan dan lebih rewel dibanding anaknya. dan hari itu, meski Andien sakit, ayahnya ga ngijinin buat bolos.. kasian benerr :(


that's why, lagi-lagi karena rewel dan minta gendong, akhirnya digendonglah selama pelajaran. Dan, berhubung setiap jumat ada agenda makan bersama setelah pelajaran, maka seperti biasa, semua anak berkumpul di hall. everybody sit down on the floor and have their meal. sama juga dengan Andien. Andien ikutan ngumpul juga meski tetap dalam gendongan dan pelukanku. sambil gendong Andien lembut, aku juga masih sempet memperhatikan anak-anak lain, termasuk bikinin susu di botol dan sambil nyuapin yang lain juga. bener-bener lebih mirip babysitter ketimbang guru.

ditengah-tengah segala aktivitas itu, sepintas aku merasakan Andien meletakkan kepalanya dipundakku. aku berpikir, pasti Andien pengen tidur. dan kuputuskan untuk mengambilkan susunya, untuk kuminumkan... tapi ternyata, Andien ga mau. dan diem aja. tetep aja dia letakkan kepalanya di pundakku sampai akhirnya aku menengok ke samping, mencoba melihat Andien. astaga !!! astagfirullah... seperti ada bercak-bercak darah dipundakku. kucoba meyakinkan pandanganku dan kuamati, apa benar-benar bercak darah atau saos tomat. dan karena masih ga yakin, aku pun minta tolong guru yang lain untuk melihat bajuku di bagian pundak untuk memastikan. temanku yang juga pengajar hanya melihat dari jauh, dan berkata yakin kalau itu darah.
astaga !!!! seketika akupun deg deg-an. dan Andien pun segera kuangkat dan kubalikkan badannya, untuk kulihat wajahnya. hyaa Allah... dari mulut Andien keluar darah. mengalir darah dari dalam mulutnya. dan sepertinya masih banyak lagi di dalam mulutnya yang dia katupkan rapat-rapat.

karena khawatir, aku panggil teman guru yang lain. i told them that Andien's bleeding. dan kami pun membawa Andien ke ruang guru, dan mencoba merayu Andien dengan segala cara untuk membuka mulutnya. tapi Andien tetap saja kekeuh buat nutup mulutnya. padahal darah tetep aja mengalir. mungkin anak kecil itu, takut ...
masya Allah kasian banget aku ngliyatnya. pantesan aja hari ini dia begitu diam. padahal sebelum-sebelumnya, meskipun sakit, dia tetap ceria. akhirnya, karena kami semua kawatir, ortu Andien pun ditelpon untuk segera datang menjemput Andien...dan Andien pun segera di bawa mereka pulang...

dear Allah, moga Andien ga kenapa-kenapa yaaaa...
karena sampe sekarang belum tau keadaannya. terlebih tadi pagi, pas nyuci baju yang belepotan darah, jadi keinget lagi dan makin kawatir.
dear Andien.. my most fave student, my lovely angel.. cepet sembuh yaaa...
i miss you already... hopefully u are okey...